DAFTAR
ISI
Daftar
Isi
........................................................................................................ 1
Kata
Pengantar
.............................................................................................. 3
BAB
I PENDAHULUAN ................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ................................................................... 4
1.2 Batasan Masalah ................................................................ 5
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................ 5
1.4 Metode Penulisan .............................................................. 5
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................ 6
BAB
II TINJAUAN UMUM .............................................................. 7
2.1 Sejarah Singkat Politeknik Negeri
Jakarta ......................... 7
2.2 Visi dan Misi ...................................................................... 8
2.3 Tujuan ................................................................................ 8
BAB III LANDASAN TEORI ............................................................ 9
3.1 Ragum ................................................................................ 9
3.2 Kikir ................................................................................... 12
3.3 Gergaji................................................................................
19
3.4 Penitik ................................................................................ 21
3.5 Batang Penggores .............................................................. 23
3.6 Vernier Height Gauge ........................................................ 25
3.7 Meja Perata ........................................................................ 28
3.8 Jangka Penggores ............................................................... 28
3.9 Palu .................................................................................... 30
3.10 Mesin Bor ........................................................................ 31
3.11 Taping .............................................................................. 36
3.12 Mistar Baja ....................................................................... 37
3.13 Jangka Sorong .................................................................. 37
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN ...................................... 38
4.1 Menggambar, Menitik, dan Menggores
Plat ...................... 38
4.2 Menggergaji dan Mengikir Plat ......................................... 39
4.3 Mengebor dan Mengetap ................................................... 40
BAB V PENUTUP .............................................................................. 41
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 41
5.2 Saran .................................................................................. 41
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................
42
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji dan syukur
kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan kasih dan rahmat-Nya
sehingga penulisan Laporan Bengkel Listrik semester 1 mekanik ini dapat penulis
selesaikan dengan baik. Adapun penulisan ilmiah ini disusun untuk melengkapi
sebagian syarat dalam mencapai nilai Ujian Akhir Semester.
Pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini kepada :
1.
Bapak Silo Wardono, M.ST
2.
Bapak Entis Sutisna
3.
Rekan-rekan yang telah
ikut menyumbangkan ide, gagasan dan motivasi kepada penulis selama penulisan
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan ini, baik dalam segi materi, teknis maupun
penyajian bahannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan penulisan ini. Akhir kata penulis
berharap semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Depok, Desember 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan praktikum bengkel mekanik merupakan suatu praktikum yang sangat
penting untuk para mahasiswa di semester satu ini. Di dalam bengkel mekanik
ini, mahasiswa diperkenalkan kepada seluk-beluk mekanik, kemudian mahasiswa
juga dapat memperagakan, menggunakan, serta mengaplikasikan peralatan kerja
secara langsung sesuai dengan fungsinya, yang digunakan untuk menghasilkan
benda kerja yang diinginkan.
Di dalam kegiatan mata kuliah bengkel mekanik pada semester satu ini, mahasiswa
diperkenalkan kepada peraturan-peraturan di dalam bengkel. Peraturan melingkupi
tata letak alat/benda kerja, serta pengenalan fungsi alat/benda kerja yang
biasa digunakan. Selain itu, mahasiswa melakukan kegiatan praktik kerja untuk
mendapatkan keahlian, pada bengkel mekanik mulai dari pengukuran dengan
menggunakan jangka sorong (Vernier Coliper), penitikkan dan penggoresan benda
kerja berupa plat, latihan menggergaji dan latihan mengikir plat tersebut,
kemudian plat tersebut dibor dan ditap,
hal tersebut dilakukan dengan baik, benar dan rapi serta sesuai dengan job
sheet dan pengarahan yang telah
diberikan oleh instruktur.
Hal ini bermanfaat untuk menambah wawasan para mahasiswa dan mengetahui
berbagai macam alat yang akan digunakan dalam bengkel tersebut sesuai dengan fungsinya. Setelah
mendapatkan bimbingan dan pelatihan oleh para Dosen di dalam bengkel mekanik
ini diharapkan para mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan. Serta
mahasiswa akan dapat beradaptasi dengan cepat dan dapat membiasakan diri dalam
suasana lingkungan dunia kerja diluar dan dapat terjun ke dalam dunia kerja
dengan keterampilan dan keahlian yang mereka miliki, serta dapat mengembangkan
potensi yang ada pada diri mahasiswa agar dapat bersaing dalam dunia teknik
tingkat nasional mapun internasional.
1.2 Batasan Masalah
Dalam hal ini penulis
memiliki batasan masalah untuk menjelaskan tentang peralatan dan bahan – bahan
pada Bengkel Mekanik Dasar Politeknik Negeri Jakarta. Dikarenakan telah banyak,
bahkan semua instansi menggunakan peralatan – peralatan yang ada pada
Politeknik Negeri Jakarta.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan
laporan ini yaitu untuk menjelaskan kepada pembaca tentang peralatan dan bahan
– bahan yang ada pada Bengkel Mekanik Dasar Politeknik Negeri Jakarta, sehingga
kita dapat memahami tentang peralatan dan bahan – bahan tersebut.
1.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan
laporan, penulis menggunakan sistematika atau metode penulisan sebagai berikut
:
1.4.1
Studi
Lapangan
Dengan metode ini
penulis secara langsung dapat mengumpulkan data dengan mengamati dan praktek
langsung di Bengkel Mekanik Dasar Politeknik Negeri Jakarta, sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini.
1.4.2
Interview
( wawancara )
Dengan metode ini
penulis secara langsung dapat bertanya perihal yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut kepada dosen.
1.4.3
Studi
Pustaka
Dalam penyusunan
laporan ini, penulis tidak cukup hanya melalui tanya jawab maupun praktek
lapangan saja, tetapi penulis menyusun laporan ini dengan bantuan buku – buku
dan data – data melalui pencarian di internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab
I Pendahuluan
Bab ini berisi latar
belakang penyusunan laporan, masalah dan pembahasan, tujuan penulisan, metode
yang digunakan dalam penyusunan laporan dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Umum Politeknik Negeri Jakarta
Bab ini berisi profil singkat
Politeknik Negeri Jakarta yang meliputi
sejarah, visi dan misi Politeknik Negeri Jakarta.
Bab III Landasan Teori
Bab ini berisi tentang
pengertian dan macam-macam peralatan bengkel mekanik.
Bab IV Analisis dan Pembahasan
Bab ini berisi uraian tentang
menggergaji, mengikir, mengebor, mengetap dan Countersink besi dengan bahan
U-Profil ST-37 Ukuran 62 mm x 30 mm x 80
mm.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan
praktek bengkel mekanik yang telah dilakukan oleh penulis dan beberapa saran
untuk pembaca dan instasi Politeknik Negeri Jakarta.
BAB
II
TINJAUAN UMUM
POLITEKNIK
NEGERI JAKARTA
2.1 Sejarah Singkat Politeknik
Negeri Jakarta
Politeknik Negeri Jakarta, sejarahnya bermula dari Fakultas
Non-Gelar Teknologi Universitas Indonesia (FNGT-UI), yang
kemudian menjadi Politeknik Universitas Indonesia. Politeknik Universitas
Indonesia didirikan 20 September 1982, sejak 25 Agustus 1998 menjadi mandiri
dengan nama Politeknik Negeri Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan nomor: 207/O/1998.
Ketika Politeknik UI berdiri, dibuka 3 jurusan yaitu Jurusan Teknik
Mesin, Teknik Sipil, dan Teknik Elektro. Selanjutnya tahun 1986 dibuka jurusan
Tata Niaga, yang dikembangkan menjadi Jurusan Akuntansi dan Jurusan
Administrasi Niaga. Pada tahun 1990 dibuka Jurusan Teknik Grafika dan
Penerbitan, hasil kerjasama antara Politeknik Universitas Indonesia dengan Pusat Grafika
Indonesia. Kemudian bekerjasama dengan PT Trakindo Utama, dibuka Program Studi
Alat Berat dibawah Jurusan Teknik Mesin yang dimulai tahun ajaran 2001-2002.
Pada tahun 2003 bekerjasama dengan PT Jasa Marga, dibuka Program Diploma IV Jalan Tol. Dengan
demikian sampai saat ini pada program Diploma III memiliki 6 (enam) Jurusan
dengan 22 (dua puluh dua) Program Studi.
Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) merupakan lembaga pendidikan tinggi
Diploma III yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan SDM profesional di
industri, baik industri jasa maupun industri manufaktur. Pembelajaran di PNJ
mengaplikasikan Kurikulum Nasional (Kurnas) pendidikan profesional secara
bertanggung jawab dengan didukung oleh dosen-dosen profesional. Sistemnya
adalah dengan mempertemukan ilmu dan teknologi sesuai komposisi teori 55%
dan praktik 45% yang diaplikasikan secara harmonis untuk menghasilkan
lulusan yang profesional dan memenuhi kualifikasi industri.
2.2 Visi dan Misi Politeknik Negeri
Jakarta
VISI
Menjadikan
lembaga sertifikasi yang diakui secara Nasional dan Internasional dibidang
konstruksi
MISI
Meningkatkan
kualitas tenaga kerja dibidang konstruksi yang berbasis kompetensi melalui uji
kompetensi
2.3 Tujuan Politeknik Negeri Jakarta
TUJUAN
1. Meningkatkan kualitas proses uji
kompetensi dibidang konstruksi.
2. Memberikan pelayanan yang optimum kepada
calon tenaga kerja yang bekerja dibidang konstruksi untuk mendapatkan
sertifikasi berbasis kompetensi.
3. Melakukan pembinaan kepada tenaga
kerja pemegang sertifikasi dari BSK PNJ.
4. Meningkatkan kualitas BSK PNJ
melalui pengakuan dari lembaga-lembaga profesional tingkat Nasional
Internasional.
BAB
III
LANDASAN TEORI
3.1 Ragum
Ragum
adalah alat untuk menjepit benda kerja. Untuk membuka rahang ragum dilakukan
dengan cara memutar tangkai/tuas pemutar ke arah kiri (berlawanan arah jarum
jam) sehingga batang berulir akan menarik landasan tidak tetap pada rahang
tersebut, demikian pula sebaliknya untuk pekerjaan pengikatan benda kerja
tangkai pemutar diputar ke arah kanan (searah jarum jam). Bagian-bagian pada
Ragum
Dalam
sebuah ragum terdapat bagian-bagian antara lain :
1. Rahang gerak
2. Rahang tetap
3. Tangkai
Ragum, digunakan untuk menjepit
benda kerja karena ukuran dan bentuk benda kerja berbeda-beda maka disediakan
juga bermacam-macam ragum.
Ragum ini
digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana dan biasanya
hanya digunakan untuk mengefrais bidang datar saja.
Penjepitan
oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja. Dengan demikian ragum harus lebih
kuat dari benda kerja yang dijepitnya.Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat
maka pada mulut ragum/rahangnya dipasangkan baja berigi sehingga benda kerja
dapat dijepit dengan kuat. Rahang-rahang ragum digerakkan oleh batang ulir yang
dipasangkan pada rumah ulir. Apabila batang ulir digerakkan/diputar searah
jarum jam, maka rahang ragum akan menutup, tetapi bila diputar berlawanan
dengan arah jarum jam maka rahang ragum akan membuka.
Pemasangan
ragum pada meja kerja harus disesuaikan dengan tinggi pekerja yang akan
bekerja. Sebagai patokan adalah apabila ragum dipasang pada meja kerja, maka
tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari pekerja pada posisi berdiri
sempurna.
Dalam
penjepitan benda kerja tidak diharapkan permukaan benda kerja mengalami
kerusakan atau cacat karena jepitan rahang ragum.Guna mengatasi hal itu, maka
pada saat melakukan penjepitan benda kerja dengan ragum hendaknya rahang ragum
dilapisi dengan pelapis. Pelapis tersebut terbuat dari bahan yang lunak seperti
baja lunak, pelat tembaga, karet pejal dan pelat seng yang tebal.
3.1.1.2
Fungsi
Ragum Meja
Ragum meja ini merupakan perlengkapan
standar operasi sebuah perbengkelan yang berfungsi sebagai pemegang kerja di
sisi meja kerja dengan cara menjepitnya diantara kedua rahangnya atau untuk
menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh
ragum tidak boleh
merusak benda kerja. Fungsi ini
biasanya digunakan pada pekerjaan mengikir, memahat, menggergaji, dan lainnya.
Karena dalam proses penjepitan, benda
kerja tidak diharapkan mengalami kerusakan atau cacat pada permukaannya maka
pada saat melakukan penjepitan benda kerja dengan ragum hendaknya rahang ragum
dilapisi dengan pelapis. Pelapis tersebut dapat terbuat dari bahan yang lunak
seperti baja lunak, pelat tembaga, karet pejal, dan pelat seng yang tebal. Di
sisi lainnya, ragum harus lebih kuat dari benda kerja yang dijepitnya. Untuk
menghasilkan penjepitan yang kuat maka pada mulut ragum / rahangnya dipasangkan
baja bergerigi, sehingg abenda kerja dapat dijepit dengan kuat.
Rahang-rahang ragum digerakkan oleh batang
ulir yang dipasangkan pada rumah ulir. Apabila batang ulir digerakkan /diputar
searah jarum jam maka rahang ragum akan menutup, tetapi bila diputar berlawanan
dengan arah jarum jam maka rahang ragum akan membuka. Untuk penjepitan benda
kerja yang berlubang seperti pipa yang tipis, digunakan bahan tambahan lain
yang dimasukkan ke dalam pipa, sehingga pipa yang dijepit tidak akan mengalami
kerusakan / perubah bentuk.
Berdasarkan
kapasitasnya untuk mencekam dengan kuat atau memberikan tekanan tetap, ragum
dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam produksi di
bengkel-bengkel kecil, dimana umumnya memerlukan penyesuaian peralatan dan
teknik/metode untuk pekerjaan-pekerjaan secara manual dengan tangan.
Operasi-operasi di bengkel besar akan memerlukan jig atau alat tekan yang dapat
digabung dengan ragum tertentu atau alat lain dari ragum biasa.
Ragum meja ini dikategorikan sebagai ragum
meja presisi, memiliki rahang keras rata (dapat diganti juga dengan jenis
rahang keras bergerigi/optional), sisi permukaan yang paralel dengan
kesejajaran yang bertoleransi sempit. Bentuk benda kerja yang dapat dipegang
oleh ragum meja ini dapat berbentuk persegi, bulat, panjang, atau pendek dengan
dimensi tertentu yang dibatasi oleh lebar rahang dan lebar bukaan rahang serta
batas antara rahang dan elemen poros penggerak rahang.
3.1.1.3
Cara
Kerja Ragum Meja
Pertama,
lakukan pengaturan posisi ketinggian ragum. Beberapa hal yang harus
diperhatikan mengenai hal ini adalah tinggi ragum harus disesuaikan dengan
bentuk dari benda yang akan dikerjakan dan dengan ketinggian orang yang
menggunakan. Sebagai patokannya adalah apabila ragum dipasang pada meja kerja
maka tinggi mulut ragum harus sebatas siku dari pekerja pada posisi berdiri
sempurna. Untuk orang yang tinggi, biasanya ketinggian ragum diatur oleh alas
yang rata, sedangkan untuk orang yang pendek, tinggi yang sesuai dapat diatur
oleh alas kayu / jeruji di atas lantai. Untuk pekerjaan yang tidak memerlukan
gaya yang besar seperti pada pekerjaan akhir, benda kerja dapat di jepit lebih
tinggi. Untuk pekerjaan yang memerlukan gaya yang besar seperti memahat, menggergaji,
mengikir, mengetap, dan menyenai maka kedudukan benda kerja harus serendah
mungkin berada di atas rahang ragum.
Untuk
membuka rahang ragum dilakukan dengan cara memutar tangkai/tuas pemutar ke arah
kiri (berlawanan arah jarum jam) sehingga batang berulir akan menarik landasan
bergerak pada rahang tersebut, demikian pula sebaliknya untuk pekerjaan
pencekaman benda kerja, tangkai pemutar diputar ke arah kanan (searah jarum
jam).
3.
2 Kikir
Kikir
terbuat dari baja karbon tinggi yang ditempa dan disesuaikan dengan ukuran
panjang, bentuk, jenis dan gigi pemotongnya. Adapun fungsi utama dari kikir
adalah untuk mengikir dan meratakan permukaan benda kerja, Ukuran panjang
sebuah kikir adalah panjang badan ditambah dengan tangkainya. Mengikir adalah
salah satu dari kerja bangku yang bertujuan untuk melakukan proses pemakanan
tatal – tatal pada benda kerja yang proses pengerjaannya secara manual. Kikir
dibedakan dua jenis kikir halus dan kikir kasar.

Derajat
kekerasan kikir adalah kasar, setengah kasar dan sangat halus. Guratan tunggal
dipergunakan untuk mengikir logam lunak. Guratan ganda dipergunakan untuk
pekerjaan yang bersifat umum. Satu set
guratan membuat sudut 45°, yang lain 70°, kedua-duanya terhadap sumbu memanjang
kikir. Guratan parut digunakan untuk pekerjaan kasar pada bahan lunak, misalnya
alumunium.
Cara
kerja kikir, pada usapan pertama yaitu usapan maju tekanan kedua tangan
maksimum dan fungsi tubuh mendorong kedepan.dan pada saat usapan kedua yaitu
kebelakang tekanan minimum.
3.1.2.1
Macam-macam kikir dan fungsinya
Gambar
1. Macam-Macam Bentuk Kikir
Adapun
bentuk kikir itu dibuat bermacam-macam sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya.
Berikut ini bentuk kikir dan fungsinya :
a)
![]() |
Kikir kasar tirus Kikir ini dipergunakan untuk mengerjakan permukaan umum. Kedua muka digurat gandadan kedua tepi digurat tunggal. Lebar dan tebal dikonis (siku).
b)
Kikir kasar rata Kikir
ini dipergunakan untuk mengerjakan permukaan umum. Kedua muka digurat
ganda.Kedua tepi ada yang digurat tunggal atau polos (untuk sisi
keamanan).
Kikir kasar rata Kikir
ini dipergunakan untuk mengerjakan permukaan umum. Kedua muka digurat
ganda.Kedua tepi ada yang digurat tunggal atau polos (untuk sisi
keamanan).
c)
![]() |
Kikir pilar dipergunakan untuk membuat alur-alur sempit. Kedua muka mempunyai guratan ganda dan kedua tepi mempunyai guratan tunggal atau satu polos (untuk tepi pengaman).
d)
![]() |
Kikir bujung sangkar (kotak) Dipergunakan untuk mengikir sudut-sudut. Guratan ganda semua sisi dan tirus arah memanjang.
e)
![]() |
Kikir bundar (bulat) Dipergunakan untuk memperluas lubang dan sisi-sisi bulat. Digurat kasar, sedang atau halus. Untuk kikir panjang 15 cm digurat tunggal. Sering juga dinamakan kikir ekor tikus.
f) Kikir setengah bundar (1/2 bulat) Sisi
rata dipergunakan untuk pengerjaan umum. Sisi setengah bundar untuk
mengikir permukaan lengkung. Sisi rata diberi guratan ganda. Sisi
lengkung guratan tunggal, halus atau sedang.
![]() |
g)
![]() |
Kikir segitiga Dipergunakan untuk mengikir sudut-sudut antara 60o – 90o. semua sisi digurat ganda.
3.1.2.3 Menurut
kekasaran gigi kikir
a)
Gigi kasar (bastard) dipakai untuk
pengerjaan awal.
b)
Gigi sedang (second cuts) dipakai untuk
finishing atau menghaluskan bidang benda kerja.
c)
Gigi halus (smooth cuts) dipakai untuk
finishing atau menghaluskan bidang benda kerja.
![]() |
Gambar 2. Macam-Macam Permukaan Kikir
3.1.2.2 Hal yang harus diperhatikan pada saat
mengikir
a)
Tinggi ragum terhadap orang yang
bekerja.
b)
Pencekaman benda kerja.
c)
Pemegangan kikir.
Tangan
kanan memegang gagang kikir dengan teguh. Ujung gagang di tekan dengan telapak
tangan bagian tengah. Ibu jari terletak di atas dan jari-jari lainnya di bawah
gagang. Tempatkan telapak tangan dan ibu jari tangan kiri pada ujung kikir.
Jari-jari lainnya terletak di luar ujung kikir tersebut, dengan keadaan rapat
satu sama lain dan melipat ke bawah, tetapi tidak menggenggam ujung kikir. Jika
bekerja dengan menggunakan kikir kecil, maka gagang kikir harus dipegang dengan
genggaman yang ringan dan tekanannya cukup dilakukan oleh jari-jari dan ibu
jari saja. Tangan kanan peganglah tangkai kikir dengan posisi ibu jari di atas
pegangan dan jari lainnya di bawah pegangan. Tangan kiri tempatkan ibu jari
pada ujung kikir dan jari-jari yang lain sedikit ditekukan akan tetapi tidak
sampai memegang atau menggenggam.
d)
Posisi kaki dan badan.
Posisi
tubuh Selama mengikir, berdiri di sisi sebelah kiri ragum dengan kaki tetap
tidak berubah. Kaki harus terbentang dengan menyesuaikan panjangkikir. Sudut
antara poros ragumdan kaki mendekati30o untuk kaki kiri dan 75o
untuk kaki kanan.
e) Posisi
Kaki
Selama
mengikir, posisi berada di sebelah kiri ragum dengan kaki tetap pada tempatnya.
Kedua lutut harus dibentangkan, dan jarak antara kadua kaki disesuaikan dengan
panjang kikir. Sudut antara poros ragum dan kaki kira-kira 30° untuk kaki kiri
dan kurang lebih 75° untuk kaki kanan.
f) Gerakan
Badan dan Lutut
Badan berdiri tegak
pada posisi awal dan selanjutnya dicondongkan ke depan selama gerakan
pemotongan berlangsung. Kaki kanan tetap lurus selama proses pengikiran dan
lutut kiri dibengkokkan ke dalam. Pandangan mata selalu tertuju pada benda
kerja. Gerakan badan dan kaki Posisi badan berdiri tegak dan berlahan-lahan
condong maju selama gerak pemotongan. Kaki sebelah kanan tetap lurus. Pandangan
lurus selalu ditujukan pada benda kerja.
Gerakan badan harus
berdiri tegak pada posisi permukaan dan selanjutnya dicondongkan ke depan
selama gerakan. Kaki kanan tetap lurus
selama pengikiran berlangsung dan lutut kiri dibengkokkan ke dalam. Pandangan mata selalu ditujukan kepada benda
kerja.




Untuk cara memegang kikir, telapak tangan
kanan bagian tengah memegang kikir dengan menekan
gagangnya, ujung jari terletak di atas dan jari yang lain di bawah gagang. Telapak dan ibu jari tangan kiri ditempatkan
di ujung kikir, jari yang lain di luar ujung kikir.
Bekerja dengan kikir kecil, maka gagangnya harus dipegang
dengan genggaman yang ringan dan tekanannya cukup oleh jari - jari dan ibu jari
saja.
Tekanan pada Kikir, tergantung pada ukuran kikir dan
benda kerja.
1.
Jika
mulai mengikir, tekanan yang besar harus terdapat pada tangan kiri dan tekanan ringan pada tangan
kanan.
2.
Tekanan
kedua tangan harus sama, manakala kikir berada ditengah benda kerja.
3.
Jika
kedudukan kikir sudah diujung, tekanan tangan kiri harus singan dan tangan
kanan harus maksimal.

g)
Gerakan kikir.
Menggunakan
kikir yang kecil dengan gerakan yang tidak terlalu kuat dan pegang kikir dengan
tangan kanan dan ujung kikir dipegang olehibu jari dan jari-jari lainnya.
h)
Kebersihan kikir.
3.1.2.3
Langkah-langkah tekanan kerja tangan pada kikir
Tekanan
yang diberikan pada kikir tergantung pada ukuran kikir dan benda kerja. Pada
saat mulai mengikir, tekanan yang paling besar harus terdapat pada tangan kiri
dan tekanan yang ringan berada pada tangan kanan. Pada saat kikir berada di
tengah-tengah benda kerja yang dikikir, tekanan kedua tangan harus sama besar.
Jika posisi kikir telah berada pada ujung langkah, tekanan tangan kiri harus
diperingan dan tekanan tangan kanan berada dalam keadaan maksimal. Pada saat
langkah ke belakang tidak ada penekanan sama sekali. Tekanan pada kikir
tergantung pada ukuran kikirdan benda kerja yang dikikir.
Langkah-langkah :
a)
Jika memulai mengikir, tekanan yang
besar harus terdapat pada tangan kiri dan tekanan ringan pada tangan kanan.
b)
Tekanan kedua tangan itu harus sama,
manakala kikir berada di tengah-tengah benda kerja yang dikikir.
c)
Jika kedudukan kikir sudah di ujung
langkah, maka tekanan tangan kiri harus ringan dan tangan kanan dalam keadaan
maksimal.
3.3 Gergaji
Selain mengikir,
pekerjaan di bengkel mekanik yang paling sering kita jumpai adalah pekerjaan
menggergaji. Gergaji tangan merupakan alat pemotong dan pembuat alur
sedehana.Pada bagian sisi dari daun gergaji tangan tersebut terdapat gigi
pemotong yang dikeraskan. Bahan dari
daun gergaji ini terbuat dari baja perkakas (hSS) dan bahan tungsten. Sifat
dari daun gergaji tangan fleksibel atau melentur dengan maksud agar tidak mudah
patah. Alat yang digunakan untuk menggergaji disebut gergaji. Gergaji digunakan
untuk memotong atau untuk mengurangi ketebalan suatu benda kerja. Ada beberapa
tipe gergaji jika ditinjau dari bingkai dan daun gergaji yang ada di pasaran.
Lebar dan tebal daun gergaji tangan pada umumnya bergigi tunggal. Sifatnya kaku
dan mudah patah. Banyaknya gigi antara 6–14 gigi tiap incinya. Letak giginya
bersilang-silang (zig-zag), hal ini untuk menghindari macetnya gergaji utama
pada waktu menggergaji benda kerja yang berukuran tebal. Pada Gambar 3
diperlihatkan bentuk gergaji tangan dan cara pemasangan daun gergaji pada
sengkangnya.

Gambar 3. Gerjaji Tangan dan Pemasangan
Daun Gergaji
Menggergaji ialah suatu kerja yang
memotong dan mengurangi tebal benda dengan alat gergaji. Sebelum menggergaji terlebih dahulu kita
melakukan penandaan dengan menggunakan pengores.
Gergaji terdiri dari bingkai, tangkai, pasak dan
mur / kupu - kupu.
Bingkai, terbuat dari pipa baja yang kuat dan
kaku
Tangkai, terbuat dari logam yang lunak
Pasak, tempat untuk memasang daun gergaji
Mur / kupu - kupu, untuk mengencangkan daun
gergaji
Daun gergaji, harus memiliki ukuran yang sesuai.

Daun gergaji harus ditegangkan saat menggergaji.
Sebelum memotong, buat terlebih dahulu alur dengan
menggunakan kikir segitiga pada garis yang akan digergaji.

Posisi
tubuh saat menggergaji, ialah pegang bingkai gergaji dengan kuat, gerakkannya
harus mantap,dan saat menggergaji ke belakang, gergaji sedikit dinaikkan.
Cara Menggergaji yang baik :
1. Paling sedikit 2 atau 3 gigi
yang menempel pada permukaan yang akan digergaji.
2. Menggergaji sisi yang tajam
akan menyebabkan patahnya gigi gergaji.
3. Benda yang tipis harus dipotong
dengan posisi yang mendatar ( tidak miring )
3.4 Penitik
Penitik adalah
alat yang digunakan untuk membuat lubang pada benda kerja. Penitik terbuat dari
bahan baja karbon tinggi yang dikeraskan. Sedangkan ujungnya runcing membentuk
sudut 30° sampai 90°.
Gambar 1.1
Penitik
Dan cara
penggunaan adalah: Pegang penitik dengah tangan kiri, tempatkan pada benda
kerja. Penitik harus tegak lurus dengan banda kerja. Penitik dipukul dengan
menggunakan palu satu kali dengan pemukul yang ringan, serta periksa posisinya
jika sudah tepat baru dipukul dengan kuat agar didapatkan titik yang jelas,
dengan syarat jangan terlalu keras.
Tujuan Penitikkan, ialah :
-
Menentukan pusat lubang,
memberikan tanda.
-
Untuk
menjelaskan garis, hingga dimana bagian yang dikerjakan
-
Untuk menjelaskan garis garis goresan
![]() |
Cara - cara penitikkan :
-
Pegang
penitik di tangan kiri
Pegang
penitik di tangan kiri
-
Miringkan dan geser sepanjang hingga tepat
pada garis potong / pusat.
Miringkan dan geser sepanjang hingga tepat
pada garis potong / pusat.
-
Menitik
harus tegak lurus terhadap benda kerja
Menitik
harus tegak lurus terhadap benda kerja
-
Penitik dipukul satu kali dengan pukulan yang ringan dan diperiksa
kembali posisinya.
Penitik dipukul satu kali dengan pukulan yang ringan dan diperiksa
kembali posisinya.
3.5
Batang Penggores
Batang penggores
(alat gores) adalah suatu alat untuk menarik garis-garis gambar pada permukaan
benda kerja yang akan di kerjakan selanjutnya. Alat penggores ini terbuat dari
bahan baja perkakas, di mana bagian badannya dibuat kartel (gerigi) agar tidak
lincin pada waktu di pegang. Salah satu atau kedua ujungnya dibuat runcing
membentuk sudut ±30°.

b.
Penggoresan / penandaan adalah suatu kerja yang
sangat penting karena menggores merupakan aplikasi gambar teknik dalam benda
kerja, selain itu merupakan proses pemindahan ukuran - ukuran ; dari gambar -
gambar, menurut suatu benda kerja / petunjuk untuk dikerjakan dengan mesin dengan
tanda garis - garis. Ada 2 macam penggores,
diantaranya :
Penggores
sederhana.
·
Penggores
dengan salah satu ujungnya bengkok.
·
Penggores
dengan ujung yang dapat diubah.
![]() |
Mengukur
dan menggambar tanda garis dengan penggaris besi dan penggores,
-
Ukuran yang dikehendaki dari bidang
dasar ( A ) harus menyatu ( tepat segaris ).
-
Garislah pada ujung penggaris
-
Letakkan ujung penggores ke dalam garis, dan tempatkan
penggaris menyentuh dengan sedikit dimiringkan.
Letakkan ujung penggores ke dalam garis, dan tempatkan
penggaris menyentuh dengan sedikit dimiringkan.
-
Pindahkan
penggaris sampai tepat garis kedua.
-
Buatlah
tanda garis dengan penggores.
Mengukur
dan menggambar tanda garis dengan penggaris besi, penyiku dan penggores,
-
Letakkan penyiku pada bidang dasar ( B )
dan pindahkan sampai menyentuh ujung penggaris besi.
-
Ambil
pengaris besi dan buatlah tanda garis dengan penggores.
-
Ulangi dengan bidang dasar ( A ).
-
Cara
- cara penggoresan,
-
![]() |
Penggores harus dimiringkan keluar dari pengarahnya.
-
Tekan
penggaris besi / penyiku dengan kuat pada benda kerja dan goreslah hanya satu
kali saja. Miringkan penggores ke arah gerakan.
![]() |
-
Kesalahan
kemiringan akan mengakibatkan suatu garis bengkok dan pemindahan ukuran jadi
salah.

Cara
penggunaan alat gores adalah sebagai berikut
1.
Untuk mendapatkan garis lurus di atas
benda kerja, penggores harus dimiringkan membentuk sudut 20° sampai 25°. Dan
Tekan penggores pada benda kerja. Condongkan penggores kearah maju. Untuk
mendapatkan garis lurus ataupun sudut siku, maka kita juga perlu menggunakan
alat bantu seperti mistar baja ataupun penggaris siku.
- Blok
Penggores, merupakan alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian dengan
membuat tanda garis sejajar pada meja pengukur dimana alat itu dipasang.
3.6 Vernier
Height Gauge
Alat ukur ini digunakan
untuk melakukan pengukuran, juga dapat digunakan sebagai alat penanda yang
presisi pada pekerjaan melukis dan menandai. Untuk keperluan tersebut, maka
dipasangkan penggaris pada bagian sensor ukurnya. Pada bagian pemeriksaan
kualitas atau quality control. Alat ini sangat banyak digunakan sebagai
alat pemeriksaan kehalusan permukaan benda kerja, dengan cara memasangkan dial
indikator pada sensor ukurnya.Dikarenakan banyaknya kegunaan alat ini, maka
hampir semua bengkel kerja mesin mempunyai peralatan ini. Perludiingat
bahwa karena alat ini sangat presisi, maka cara memakai dan menyimpan alat ini
harus benar-benar diperhatikan.Gambar 5.34. Alat ukur ketinggian (vernier
height gauge).

Guna menghasilkan hasil
pengukuran yang presisi, maka sebelum melakukan pengukuran terlebih dahulu
harus dilakukan beberapa kegiatan. Langkah pertama tentunya mengkalibrasi alat
ukur itu sendiri. Setelah alat ukur tersebut benar-benar presisi, maka baru
langkah pengukuran dimulai. Langkah pengukuran dengan menggunakan peralatan ini
adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan
meja perata
2.
Bersihkan benda kerja yang akan
diukur
3.
Bersihkan alat ukur dengan menggunakan
kain bersih dan kering.
4.
Kendorkan baut pengikat untuk dapat
menggerakkan sensor ukur.
5.
Naikkan atau turunkan sensor ukur
mendekati benda kerja yang akan diukur .
6.
Tempatkan sensor ukur pada bagian sisi
kanan benda kerja kemudian singgungkan sensor ukur pada benda kerja, yakinkan
dengan menggunakan baut pengatur.
7.
Gerakkan sensor dari kanan pada benda
kerja atau sebaliknya dan mur agar sensor menyinggung benda kerja secara baik
(gunakan baut pengatur).
8.
Lakukan secaraberulang-ulang agar dapat
diyakini pengukuran telah benar.
9.
Setelah benar-benar diyakini
penyinggungan sensor dengan benda kerja sama, baru kuncikan baut pengikat.
Setelah benar-benar diyakini
penyinggungan sensor dengan benda kerja sama, baru kuncikan baut pengikat.
10. Lepaskan
benda kerja dan lakukan pembacaan ukuran yang ditunjukkan. Setiap melakukan
pengukuran hendaknya padadaerah dengan penerangan cukup, agar tidak
terjadisalah dalam pembacaan atau terjadi kesalahan pengukuran akibat
pembiasan. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan cara melakukan pengukuran benda
kerja untuk mengetahui ukuran tinggi keseluruhan benda kerja (gambar a).
sedangkan yang satunya (gambar b) untuk mengetahui ukuran ketinggian sisi
bagiandalam benda kerja.

3.7
Meja Perata

Meja Perata ini
berfungsi untuk menguji kerataan permukaan. Selain itu meja datar di gunakan
untuk meletakkan benda kerja serta alat-alat menggambar. Biasanya meja perata
(surface table) terbuat dari besi tuang, keramik atau batu granit. Alat ini dipergunakan sebagai
landasan untuk memukul atau meratakan benda kerja yang bengkok. Harus diusahakan
agar permukaan meja datar ini tidak rusak atau cacat, dan hasil lukisan atau
pekerjaan yang dikerjakan tetap baik.
3.8
Jangka Penggores
Jangka penggores
atau disebut juga jangka tusuk terbuat dari baja perkakas atau baja lenting
yang bagian ujungnya dikeraskan (disepuh). Jangka ini digunakan untuk :
a.
Membuat garis busur atau garis lingkaran
b.
Mengukur suatu jarak
c.
Membagi jarak yang panjang
d.
Melukis suatu sudut
Cara
penggunaannya dengan cara tentukan terlebih dahulu berapa panjang yang
diinginkan untuk membuat diameter pada penda kerja, dengan alat bantu seperti
mistar baja atau busur derajat. Dan setelah itu jangka penggores di tekan dan
di putar searah jarum jam untuk menghasilkan diameter yg diinginkan.

Ujung - ujung jangka harus setajam ujung penggores.

Ujung
Jangka yang Salah Ujung
Jangka yangTepat
Cara pemindahan ukuran, dengan mengatur kaki
jangka pada ukuran yang dikehendaki, tempatkan satu ujung pada suatu garis
skala dan yang lain pada jarak yang dikehendaki.
Proses Lingkaran, ialah dengan jangka dimiringkan
pada arah perputaran.
c. Penitikkan adalah proses pembuatan lubang pada benda
kerja.

3.9 Palu
Palu
dipergunakan untuk memukul benda kerja pada pekerjaan memahat, mengeling,
membengkok, dan sebagainya. Menurut macam jenis palu umumnya digunakan sebagai
berikut:
1. Palu Keras
Palu keras
dibuat dari bahan baja yang kedua ujungnya di keraskan seperti:
a)
Palu konde digunakan untuk mencekungkan
atau mengelingkan benda kerja.
b)
Palu Pen Searah digunakan untuk
meratakan dan merapatkan bagian sisi sudut yang letaknya searah.
c)
Palu Pen Meliantang digunakan untuk
meratakan dan merapatkan bagian sisi/sudut yang letaknya melintang.

2. Palu Lunak Palu lunak dibuat dari
bahan kayu, plastic, karet, tembaga dan kuningan. Bahan bahan tersebut hanya
dipasang pada ujung pangkalnya saja. Alat ini digunakan untuk mengetok/memukul
benda kerja yang kedudukannya kurang tepat. Pada gambar berikut dapat dilihat
macam-macam palu lunak.

3.10
Mesin
Bor
Di
bengkel-bengkel kerja bangku pekerja logam kebanyakan menggunakan jenis mesin
bor, seperti mesin bor bangku, mesin bor tiang adakalanya menggunakan mesin bor
pistol atau bor dada. Beberapa contoh mesin yang disebut diatas:
Mesin bor meja
Bagian mesin bor mejaTombol:
1 Tombol
2 tuas penekan.
3 tuas pengikat.
4 alas mesin bor.
5 meja mesin bor.
6 penjepit bor.
7 pengaman.
8 mur penyetel.
9 rumah sabuk.
·
Hal-hal yang harus diperhatikan pada
waktu menggunakan mesin bor:
1. Kelengkapan mesin bor
2. Jenis bahan yang akan di Bor
3. Pelumasan
4. Ukuran garis tengah bor
5. Arah putaran dan kecepatan putaran
mesin bor
6. Pencegahan kecelakaan
5.3 Mengebor dan Mengetap pada Plat.
1.
Dalam pengeboran di bengkel mekanik, kita menggunakan 2
jenis mesin bor, yaitu bor duduk dan bor pilar.
Diharuskan,
pemotongan pada mesin bor dengan sisi potong pada waktu bor beputar, dua
gerakan yang dikehendaki dengan bersama – sama :
1.
Gerak
putaran ( gerak pemotongan ), dan memntukan kecepatan potong bor ( dalam m/min
).
2.
Pemakanan
( gerakan arah garis sumbu mata bor terhadap benda kerja ), menentukan
ketebalan dari chip ( dalam mm/r, 1mm tiap putaran ).
Istilah ;
1. Driling,
operasi yang menghasilkan lubang pada seluruh bahan / memperbesar lubang dengan mata bor.
2. Boring, opersi memperbesar
lubang yang telah di bor oleh alat potong yang dapat diatur / core drill.
Mesin bor dapat
digunakan untuk bermacam - macam operasi seperti reaming ( pelebaran ), countersink,
counterboring, boring, pemotongan ulir, dan beberapa pekerjaan yang bulat.
Mesin bor dapat digolongkan, diantaranya :
1. Mesin bor tangan ( mekanik dan elektrik ),
penggunaannya terutama dalam benda yang telah dipasang dan benda terpasang (
fifting ), contohnya :
2. Mesin bor bangku
Digunakan untuk
mengebor dari lubang - lubang yang
berdiameter kecil - 16 mm. Biasanya
mesinnya ditempatkan di atas bangku kerja / suatu alas dari lembar besi. Kepala mesin dapat digerakkan ke atas dan ke
bawah, sepanjang tiang yang terpasang di meja kerja.
Motor Listrk memutarkan poros
dengan sabuk pemutar ( belt ). Poros
berputar di dalam rumah pipa ( drill sleeve ) yang dapat digerakkan ke atas /
bawah dengan bantuan dari roda gigi dan balok bergigi. Roda gigi berputar dengan tuas pemutar yang
menghasilkan tekanan pemakanan bagi alat potongnya.
3.
Mesin bor tiang ( column ) / tegak ( tunggal /
banyak poros ), terdiri dari sebuah batang tegak dan dipasang kepala mesin bor
dan meja kerja. Meja mesin dapat
digerakkan ke atas / ke bawah / ke samping.
Meja bor tipe pilar hanya dapat dinaik - turunkan. Kedua tipe mesin bor ini biasanya dilengkapi
dengan pemakanan otomatis, disamping dengan tuas pemutar dengan tangan
Mesin bor tiang ( column ) / tegak ( tunggal /
banyak poros ), terdiri dari sebuah batang tegak dan dipasang kepala mesin bor
dan meja kerja. Meja mesin dapat
digerakkan ke atas / ke bawah / ke samping.
Meja bor tipe pilar hanya dapat dinaik - turunkan. Kedua tipe mesin bor ini biasanya dilengkapi
dengan pemakanan otomatis, disamping dengan tuas pemutar dengan tangan
Penjepitan perkakas dengan cekam bor, dimaksudkan untuk memegang perkakas
potong yang batangnya silindris. Cekam
bisa mempunyai 2 atau 3 rahang.
Ukurannya dapat ditunjukkan sedalam mungkin pada cekam, supaya tidak
meleset ( slip ) selama pengerjaan.

Cekam dan mata bor dengan batang tirus dipegang oleh
lubang tirus pada batang pemutar utama.
Bagian dalam dan luar ketirusan tidak boleh rusak dan harus dibersihkan
sebelum disatukan. Luabang celah
menerima ujung yang tirus dan memutarkan mata bor. Batang mata bor yang tirus disebut “ Morse
Taper ”.
Sarung pengurang digunakan apabila ketirusan dari cekam
atau mata bor tidak cocok dengan ketirusan dari batang pemutar utama. Sarung pengurang dapat digunakan dengan
kombinasi pada ketirusan luar dan dalam.
Pekerjaan
pelubangan harus selalu dijepit dengan pemegang ( ragum ).
1.
Benda kecil dapat dipegang dengan ragum
tangan.
2.
Memegang benda kerja dengan ragum mesin.
3.
Penjepitan
benda kerja pada meja mesin.
4.
Memegang
benda kerja dengan tangan.
Alur bor, tidak saja
digunakan untuk mengeluarkan beram tetapi juga membentuk sudut tatal pada bibir
pemotong. Besarnya sudut tatal ini
tergantung dari macam bahan yang dikerjakan.
A.
Kuningan dan Perunggu.
B.
Baja,
Besi Tuang, Besi Biasa, dan Baja Tuang.
C. Alumunium,
Tembaga, Timah Putih, Seng, Timah Hitam.
![]() |
Kecepatan potong yang terbesar terdapat pada bibir mata
bor dan juga tempat tegangan serta panas
yang terbesar. Kecepatan potong berkurang sampai V = 0 pada bibir serong, bibir
serong praktis tidak ikut dalam pemotongan.
Untuk menghindari mata bor menjadi lunak / tumpul, kecepatan potong ( v
) harus disesuaikan.
3.11 Taping
Pengetapan adalah suatu
kerja yang berguna untuk membuat ulir di dalam lubang hasil dari
pengeboran.
Tap dibuat dari baja kecepatan tinggi,
berbentuk ulir. Jenisnya ada, Tap Tangan
dan Tap Mesin. Pemegang Tap seperti
gambar di samping, mempunyai ukuran yang memadai sehingga memungkinkan
penjipatan yang baik pada bagian segi empat dari tangkai tap.

Cara pengetapan dengan tangan ialah,
1.
Jepit tap no.1 dengan pemegang
tap.
2. Mulai pengetapan dengan tekan ke kanan
dalam arah ( searah ) lubang, putar beberapa kali.
3. Periksa dengan penyiku, apakah tap dengan
lubang ( tegak lurus ).
4.
Jika mring, segera perbaiki.
Jika mring, segera perbaiki.
5.
Setelah lurus, diputar kembali,
dan lanjutkan dengan tap no. 2, dan no. 3. Selain dengan cara
manual, adapula cara lain yaitu dengan menggunakan alat yang bernama PROTOTIPE OTOMASI TAP
ULIR.
3.12 Mistar Baja
Mistar baja
adalah alat ukur dasar pada bengkel kerja mesin.Alat ukur ini dapat dikatakan
alat ukur yang kurang presisi, karena ia hanya melakukan pengukuran paling
kecil sebesar 0,5 mm tidak dapat dilayani oleh mistar baja. Dengan
demikian alat ukur ini tidak dapat digunakan untuk melakukan pengukuran sampai
seperseratus milimeter (0,01 mm). Jenis mistar baja yang dipakai pada bengkel
kerja mesin mempunyai ukuran yang berbeda-beda, tetapi pada umumnya panjang
mistar baja adalah 150 mm sampai 300 mm, dengan skala ukur terdiri dari satuan
setengah milimeter dan satuan satu milimeter. Dalam bengkel kerja mesin mistar
baja ada dua sistem, yaitu sistem metrik dan sistem imperial. Pada sistem
imperial untuk satuannya dinyatakan dengan inchi, sedangkan pada
sistem metrik satuan dinyatakan dengan milimeter.
Mistar baja
sistem imperial mempunyai ketelitian dari 1/8 inchi,1/16 inchi, 1/32 inchi dan
1/64 inchi. Dalam bengkel kerja bangkudan kerja mesin biasanya hanya terdapat
sampai ketelitian 1/32 inchi.

3.13 Jangka Sorong
Pertama-tama atur kedudukan rahang
pengukur untuk pengukuran bagian luar benda kerja pembukaan rahang diperkirakan
lebih besar dari ukuran benda kerja yang
akan diukur.
Selanjutnya tempatkan
benda kerja di antara rahang dan aturlah rahang hingga semua rahang pengukur
menjepit benda kerja. Penjempitan tidak boleh terlalu longgar dan tidak boleh
terlalu sesak dan semua permukaan rahang menyentuh permukaan benda kerja. Kalau
langkah ini telah selesai tinggalah kita membaca ukuran yang ditunjukkan oleh
vernier caliper.
Sebelum melakukan
pengukuran bagian dalam dari suatu bendakerja, maka bersihkanlah terlebih
dahulu vernier caliper terutama pada sensor pengukur bagian dalam benda
kerja. Untuk melakukan pengukuran bagian dalam benda kerja, maka bukalah
rahang/sensor ukur dengan perkiraan harus lebih kecil dari ukuran permukaan
bagian dalam benda kerja. Tempatkan rahang pengukur hingga menyentuh permukaan
benda kerja. Gerakkan penyetel rahang hingga menyentuh dinding benda kerja dan
menjepit benda kerja. Perlu diingat bahwa, dalam melakukan pengukuran lobang,
yakinkan rahang vernier betul-betul sejajar dengan titik senter lobang pada
benda kerja. Langkah inilah yang ditunjukkan oleh vernier caliper.
BAB
IV
ANALISA
DAN PEMBAHASAN
4.1 Menggambar, Menitik, dan Menggores Plat
Setelah
adanya pengenalan terhadap peralatan yang digunakan di dalam bengkel mekanik
maka mahasiswa akan dituntut untuk dapat mengaplikasikan penggunaan dari setiap
peralatan tersebut. Bentuk dari aplikasi
tersebut ialah melakukan pekerjaan menggambar, menitik, dan menggores pada
sebuah plat U - Profil ST - 37, ukuran 65 x 43 x 100 mm. Adapun langkah
kerjanya ialah,
1.
Setelah sebelumnya melakukan
pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, mahasiswa diberikan job sheet
tentang penggambaran, penitikkan, dan penggoresan. Sebelum melakukannya, mahasiswa harus
mengetahui jarak desain yang akan dibuat pada plat tersbut.
2. Setelah melihat job sheet tentang desain yang akan dibuat pada plat,
barulah bersihkan ujung / tepi dari bagian yang tajam dan kasar dengan kikir. Letakkan plat pada meja kerja, buat tanda salib sumbu untuk digores sesuai
gambar.
3. Gores benda kerja yang telah ditandai
dengan penggores, buat garis sumbu lalu dititik dengan penitik dan palu ( cukup
1 kali ) sesuai dengan gambar.
4. Buat goresan lingkaran dengan jangka pegas
sesuai dengan gambar.
5. Gores benda kerja sesuai dengan gambar.
6. Titik benda kerja sesuai dengan gambar.
4.2 Menggergaji
dan Mengikir Plat
Pekerjaan
selanjutnya ialah, menggergaji dan megikir plat. Adapun langkah
kerjanya ialah,
1. Benda kerja di gores sesuai dengan ukuran
pada job sheet.
2.
Benda kerja ditandai dengan garis Bantu.
3. Pada saat benda kerja, akan dipotong benda
kerja dijepit dengan ragum, lalu di potong sesuai dengan garis Bantu yang telah
dibuat sesuai dengan ukuran yang terdapat pada job sheet.
Setelah digergaji, plat dikikir agar permukaannya
rata dan halus. Adapun
langkah kerjanya ialah,
1.
Benda
kerja dikikir sesuai dengan bagian - bagian bidang yang terdapat pada job
sheet.
2.
Pada
saat mengikir, benda kerja dijepit dengan ragum.
3.
Kikir
benda kerja dengan kikir kasar, kemudian sedang, dan terakhir dengan kikir
halus.
4.
Gunakan
penyiku dan meja perata, untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
4.3 Mengebor
dan Mengetap Plat
Setelah benda kerja telah rata dan
halus, selanjutnya benda kerja akan di Bor, kemudian di Tap. Namun sebelumnya, benda kerja terlebih dahulu
dibuat desain sesuai dengan job sheet yang ada.
Adapun langkah kerjanya ialah,
1.
Untuk
membuat desain, benda kerja terlebih dahulu dibersihkan dari oli dan kotoran,
kemudian permukaan atas benda kerja dicelupkan atau dioleskan cairan CuSO4.
Untuk
membuat desain, benda kerja terlebih dahulu dibersihkan dari oli dan kotoran,
kemudian permukaan atas benda kerja dicelupkan atau dioleskan cairan CuSO4.
2.
Setelah kering, gunakan penggaris besi dan
penggores untuk penanndaan. Untuk penggambaran
lingkaran, gunakan penitik dan jangka pegas.
Setelah kering, gunakan penggaris besi dan
penggores untuk penanndaan. Untuk penggambaran
lingkaran, gunakan penitik dan jangka pegas.
3.
Lakukan penandaan untuk
pengeboran, gunakan penitik untuk awal pengeboran, gunakan jangka pegas untuk
penandaan lingkaran.
4. 
Setelah desain selesai, siapkan mesin bor, cekam
benda kerja dengan ragum meja bor, lakukan pengeboran dengan diameter yang
diinginkan. Untuk pengeboran M16
dilakukan dengan bertahap dari mata bor yang kecil.

Setelah desain selesai, siapkan mesin bor, cekam
benda kerja dengan ragum meja bor, lakukan pengeboran dengan diameter yang
diinginkan. Untuk pengeboran M16
dilakukan dengan bertahap dari mata bor yang kecil.
5. Hubungkan antara lubang M16 dengan M8
dengan menggunakan gergaji, lalu kikir agar rata dan halus.
6. Tap hasil benda kerja yang telah dibor,
dengan menggunakan tap secara bertahap, dari tap no. 1 - no.3.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah selesai melakukan praktek bengkel mekanik dan
membuat suatu laporan tentang hasil kerja yang telah dilakukan pada saat
praktek, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Di
dalam praktek bengkel mekanik, mahasiswa mempraktikan langsung apa yang telah
diajarkan oleh instruktur / dosen bengkel mekanik. Pada kenyataannya, di dalam pengaplikasian
penggunaan alat - alat kerja pada bengkel mekanik tidak semudah ketika
mendapatkan teorinya. Perlu adanya
latihan dan ketelitian untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal.
2.
Praktek
kerja pada bengkel mekanik, seperti mengikir, menggergaji, pengeboran, tap,
countersink, dll, merupakan praktek kerja yang biasa dilakukan sehari - harinya
dan juga banyak dilakukan pada lapangan pekerjaan. Untuk itulah perlu adanya pelatihan, agar
menjadi terbiasa dan dapat membentuk keahlian di dalam penggunaan alat - alat
kerja.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
·
Jodin Johary, Laporan Bengkel Mekanik
tahun 2012
·
www.google.com












Slots & Casino - DrmCD
BalasHapusWith our extensive portfolio of slots and casinos, including slots, 청주 출장마사지 video poker, and live dealer casino tables, you can escape to exciting 제주도 출장안마 casinos 정읍 출장샵 in About 태백 출장안마 Slots · Slots 대전광역 출장안마 · Gaming